Sabtu, 06 Desember 2008

Setrum dari Tengah Laut

:: Dari Majalah Berita Mingguan TEMPO, 41/XXXVII 01 Desember 2008 ::


Gelombang laut bisa diubah menjadi energi listrik. Temuan inovatif ini tak mendapat dukungan. Beberapa waktu lalu, Presiden Yudhoyono mengundang penemunya, Zamrisyaf, ke Istana.


KAPAL Kuda Laut yang tengah mengarungi Selat Mentawai dihantam ombak besar. Kapal terguncang-guncang, penumpang panik. Bagi Zamrisyaf, salah satu penumpang kapal yang hendak ke Padang, peristiwa itu justru melahirkan ide brilian. Ia berpikir: bisakah gelombang sebesar itu menghasilkan energi listrik?



Ide tersebut lama mengendap di benaknya. Hingga suatu hari anggota staf perencanaan Perusahaan Listrik Negara Wilayah Sumatera Barat itu ditugasi ke Jakarta. Dalam perjalanan, lagi-lagi kapal laut yang ditumpanginya dihantam badai besar. Keesokan paginya, seorang kawan bercerita bahwa badai besar membuat lonceng di depan kapal tak henti berdentang. Ide lama yang mengendap pun terkuak. Zamrisyaf terinspirasi goyangan bandul lonceng kapal.

”Bandul bergerak karena besarnya gelombang laut,” kata Zamrisyaf. Ia lantas mewujudkan khayalannya dalam sebuah konsep. Ia memberi rancangannya nama: Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan. Karyanya ini diakui sebagai sebuah inovasi baru dan telah dipatenkan pada 2002. Dalam daftar 100 Inovasi Indonesia 2008 yang dilansir Kementerian Riset dan Teknologi, namanya tertera di sana. Dua bulan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang dia ke Istana karena temuannya itu.

Pembangkit Sistem Bandulan, yang rancang bangunnya berbentuk ponton, ditempatkan mengapung di atas permukaan air laut. Pembangkit ini mengikuti gerak atau arus gelombang sesuai dengan frekuensi gelombang laut. Gerakan bandul yang terus-menerus menyebabkan pembangkit mampu mengeluarkan energi atau daya listrik.

Menurut Electric Power Research Institute, organisasi nonprofit yang mengkhususkan diri pada penelitian dan pengembangan tenaga listrik, daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara memiliki potensi energi gelombang laut cukup besar. Sejauh ini, kawasan tersebut tercatat memiliki potensi energi 10-20 kilowatt per meter gelombang. Bahkan pernah tercatat di beberapa tempat mencapai 70 kilowatt per meter.

Dalam perhitungan Zamrisyaf, untuk area lautan dengan luas kurang-lebih satu kilometer persegi, energi gelombang laut dapat menghasilkan daya listrik sekitar 20 megawatt dengan biaya investasi Rp 20 juta per kilowatt atau total Rp 400 miliar. Jumlah tersebut sama dengan kekurangan daya listrik di Sumatera Barat saat ini.

Nilai investasi pembangkit ini hampir sama dengan membangun sebuah pembangkit listrik tenaga air atau uap. ”Bahkan lebih mahal dibanding diesel. Tapi, setelah beroperasi, akan jauh lebih murah karena tenaga yang digunakan gratis,” ucap Zamrisyaf.

Pembangkit sengaja didesain berbentuk ponton untuk menahan derasnya gelombang laut. Di dalam ponton tersebut terdapat sejumlah peralatan utama, seperti bandul, pemindah gerak bandul menjadi gerak putar, transmisi putaran, roda gila (flywheel), dan dinamo.

Bandul dalam pembangkit ini mengubah energi potensial berupa gelombang laut menjadi energi kinetik. Bandul yang dipasang sedemikian rupa di dalam ponton akan bergerak (bergoyang) jika ponton bergerak sesuai dengan alur gelombang.

Untuk mendapatkan daya atau energi listrik, diperlukan gerak rotasi. Gunanya memutar dinamo. Dengan jumlah putaran per menit tertentu, gerak rotasi dapat menghasilkan energi listrik dari dinamo. Dengan pembangkit ini, Zamrisyaf yakin bisa membantu pemerintah mengatasi krisis energi. Selain praktis, ramah lingkungan, dan efisien, pembangkit gelombang laut sangat cocok untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia.

Sebelum temuannya diakui sebagai inovasi baru tahun ini, Zamrisyaf sudah enam kali melakukan uji coba sejak 2002. Saat itu alat yang digunakan masih sederhana. Ia merangkai enam drum menjadi ponton sebagai alas. Alat ini dilengkapi bandul dan pelat becak, tapi belum dipasangi dinamo. Sayang, hasilnya kurang memuaskan. Salah satu lengan bandul rusak.

Tak patah arang, setahun kemudian Zamrisyaf memperbaiki temuannya. Kali ini peralatan yang digunakan bergerak dengan bagus. Roda gila, bandul, dan pelat becak berputar. Agar temuannya lebih sempurna, ia tiga kali mengulang eksperimen tersebut. Ia menghabiskan dana hingga Rp 40 juta. ”Dari uang pribadi karena tak ada yang mau mendanai kalau belum melihat hasilnya,” ujar Zamrisyaf.

Beruntung, tahun lalu PLN Wilayah Sumatera Barat, tempat ia bekerja, mau membantu. Kali ini uji coba dilakukan di Pantai Ulak Karang, Padang. Dalam percobaan ini, dinamo sudah terpasang sehingga mulai menghasilkan listrik. ”Lampunya bisa nyala dan berkedip. Kadang terang, kadang redup. Itu menandakan energi gelombang ini sudah bisa menghasilkan listrik,” ucap Zamrisyaf bangga.

Namun bantuan PLN tak berlanjut. Menurut General Manager PT PLN Wilayah Sumatera Barat Hudiono, instansinya saat ini tak memiliki pos pengeluaran untuk mendanai temuan itu. PLN hanya berfokus melayani pelanggan dengan baik. ”Kalau listrik tidak menyala karena uangnya kita pakai untuk penelitian, bagaimana?” ucap Hudiono.

Meski begitu, Hudiono mengaku sudah berusaha membantu dengan menyampaikan masalah tersebut ke PLN pusat. ”Kata pusat, oke, kita upayakan untuk mencari anggaran. Tapi PLN itu menerima uang dari pelanggan yang jumlahnya lebih kecil daripada biaya yang diperlukan untuk memproduksi listrik,” katanya.

Untuk skala lebih besar, Zamrisyaf membayangkan dalam satu ponton akan ada empat sampai enam bandul. Namun semua itu tergantung berapa panjang gelombang laut yang ada dan berapa tinggi gelombang tersebut. Daya listrik yang bisa dihasilkan berkisar 100-300 kilowatt untuk satu ponton.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi juga telah mengembangkan pembangkit ini di Pantai Parangracuk, Baron, Yogyakarta. Melalui alat tersebut, didapat daya listrik 522 kilowatt. Sebelumnya, di Pantai Tanjung Karang, Mataram, mahasiswa lulusan universitas di Makassar dan Malang berhasil membuat pembangkit yang sama. Di Surabaya, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember sukses meningkatkan daya listrik hingga 90 persen dengan memanfaatkan energi gelombang laut. Namun cara kerja pembangkit yang digunakan berbeda satu dengan yang lain.

Di luar negeri, pemanfaatan gelombang laut sebagai pembangkit tenaga listrik sudah mencapai tahap komersialisasi. Australia, Skotlandia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Belanda merupakan contoh negara yang serius mengembangkan teknologi konversi gelombang laut ini. Bedanya, di sana, kebanyakan pembangkit listrik ditanamkan di dalam laut. Pembangkit temuan Zamrisyaf berada di atas permukaan laut sehingga tak ada peralatan yang bersentuhan dengan air laut secara langsung, kecuali ponton. Dengan begitu, alat ini mudah dipindahtempatkan.

Meski begitu, karya Zamrisyaf bukan tanpa cacat. Peralatan yang digunakan mudah mengalami korosi air laut. Pembangkit yang tahun lalu dipasang di Pantai Ulak Karang terpaksa dibongkar enam bulan kemudian karena faktor korosi.

Panjang pantai Indonesia kurang-lebih 81 juta kilometer. Bila 10 persen saja pesisir pantai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, akan dihasilkan kurang-lebih 16 gigawatt (bila dihitung 20 kilowatt per meter gelombang). Sumatera Barat memiliki panjang pantai 375 kilometer. Jika 10 persen dimanfaatkan untuk energi gelombang laut, itu berarti dapat menghasilkan listrik setara dengan 750 megawatt. ”Kalau digunakan, tak akan ada pemadaman bergilir lagi,” ujar Zamrisyaf.

Firman Atmakusuma, Febrianti (Padang)


sumber : http://majalah.tempointeraktif.com
Read More..

Senin, 28 Juli 2008

Small Scale Grid-Interconnected Hydro Power Plant Inaugurated

KAMIS, 12 JULI 2007 12:00 WIB

Minister of Energy and Mineral Resources, Purnomo Yusgiantoro, inaugurated the operation of 25 kW micro hydro power plant (PLTMH) in Adat Susunan village, Karangasem, Bali, on Wednesday (11/07). The management of the PLTMH was also handed over from PT PLN to village unit cooperative (KUD). The electricity generated from this PLTMH is interconnected to Jawa-Bali system.

According to Mr. Purnomo, the management of PLTMH by local people (through cooperative) is a good model for other places in Indonesia in meeting local need for electricity from on site renewable energy reserves. Minister Purnomo also described that since 1997, when economic crisis hit Indonesia, almost no new power plant developed although the demand continues to increase. This situation causes electricity crisis in some places. However, the Government and PT PLN do all measures to mitigate the crisis through, among others, optimizing all energy potential to be converted into electricity. For rural electrification, the Government through the State Budget provides around IDR 4.5 trillion yearly especially on renewable energy based-power plant such as micro hydro, solar and wind. This measure is part of the national target to increase electrification ratio which currently stands at around 55% and expected to increase to around 95% in 2025 or even sooner.

(BAGUS BUDIARTO)

sumber http://www.esdm.go.id/

Read More..

Jumat, 25 Juli 2008

Bupati Lopez resmikan penggunaan PLTMH

Spirit NTT, 9-15 Juni 2008

ATAMBUA, SPIRIT--Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, meresmikan penggunaan energi baru pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Webot, Desa Tohe, Kecamatan Raihat, Kamis (29/5/2008). Keberadaan PLTMH ini atas kerja sama Pemkab Belu dengan LIPI Subang.

Bupati Lopez dalam sambutannya mengatakan, tenaga listrik adalah salah satu faktor pendukung pembangunan tidak saja untuk penerangan, tetapi juga untuk proses belajar mengajar, meningkatkan ekonomi rumah tangga maupun menunjang program keluarga berencana (KB).

"Keberadaan PLTMH di Webot ini mencatat sejarah baru dengan menggunakan tenaga air. Masyarakat harus dapat mengelolanya sendiri untuk dapat meningkatkan pendapatan," ujar Lopez.

Tahun ini, lanjut Lopez, juga akan dibangun PLTMH di Mau Halek setelah mendapat uji kelayakan dari LIPI Subang. Selain itu, dibangun pula listrik tenaga angin di Duarato, Kecamatan Lamaknen; Salore dan Wekmutis di Kecamatan Nanaet Duabesi. "Saya harapkan masyarakat mengelola sarana ini secara transparan dan masyarakat menjaganya agar benar-benar memberi nilai tambah untuk peningkatan pendapatan," ujarnya.

Bupati Lopez mengingatkan yang mendapatkan sarana ini agar tidak boleh macet dan semua masyarakat harus menikmatinya. "Tidak boleh jalan satu atau dua tahun saja lalu macet. Harus ada nilai tambahnya," katanya.

Bupati Lopez memberi jaminan bahwa dinas terkait memberikan pembinaan dan pendampingan. Dan, pemasangan jaringan listrik tersebut agar diprioritaskan untuk tumah tangga yang belum memiliki atau menikmati listrik.

Kepala Balai Desa LIPI Subang mengharapkan agar potensi dan sarana tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat menggugah masayarakat perbatasan untuk lebih beraktivitas demi kesejahteraan keluarga.

Kepala Dinas Pertambangan Belu, Drs. John Letto menyebut maksud dan tujuan pengadaan sarana listrik tersebut untuk mengubah sumber daya air yang ada menjadi energi listrik, bisa mengenal dan mengoperasikan komputer serta meningkatkan ekonomi rumah tangga.

Dukungan dana yang disediakan dalam masa uji coba sejak 12 hingga 31 November 2007 sebesar Rp 549 juta. Sarana ini dioperasikan sejak Februari-Mei 2008 dengan daya 16 KW dan jangkauan dua kilometer mencapai 300-400 rumah tangga. Pengelolaan dilakukan masyarakat dengan biaya penyambungan Rp 50 ribu/KK dan iuran setiap bulan Rp 25.000-Rp 30.000. (humas serta belu)

http://spiritentete.blogspot.com/
Read More..

Banjar Tertarik PLTMH

Sabtu, 28-06-2008 | 00:28:46

KANDANGAN, BPOST - Keberhasilan Pemkab Hulu Sungai Selatan (HSS) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) rupanya memancing daerah lain di Kalsel untuk mengembangkan PLTMH di daerahnya. Buktinya, dua hari lalu Pemkab Banjar mengutus perwakilannya ke HSS untuk belajar seputar PLTMH itu.

"Pemkab Banjar tertarik dengan PLTMH di HSS yang sudah operasi itu. Mereka sudah meninjau ke lokasi di Dusun Paniungan Desa Malilingin Kecamatan Padang Batung," ujar Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Ir H Faturrahman, Jumat (27/6).

Menurutnya, rombongan Pemkab Banjar dipimpin Rusmani, Kasubdin Penataan Wilayah dan Konservasi Pertambangan beserta empat orang stafnya. Setelah melihat langsung ke lokasi, mereka antusias mau membangun di Banjar.


Faturahman menambahkan, berdasarkan keterangan tim dari Pemkab Banjar itu, di wilayah Pemkab Banjar sedikitnya ada dua wilayah yang berpotensi untuk pengembangan PLTMH tersebut. Salah satunya di wilayah Riam Kanan, yang sampai sejauh ini masih belum tersentuh oleh aliran listrik PLN.

Pada 2008 ini, Pemkab HSS kembali bakal membangun PLTMH di di Desa Malinau dan Desa Ulang Kecamatan Loksado. Di Desa Malinau, kapasitas yang bakal dibangun sebesar 10.000 watt hingga 15.000 watt menggunakan dana APBD HSS sebesar Rp 455 juta.

Sedangkan PLTMH yang akan dibangun di Desa Ulang kapasitasnya direncanakan mencapai 40.000 watt dengan sumber dana sharing antara HSS dan Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Departemen ESDM sebesar Rp 1,1 miliar.

"PLTMH untuk di Desa Ulang, lelangnya dilakukan di Jakarta. Informasinya, saat ini masih tahap evaluasi. Sedangkan PLTMH di Desa Malinau pengumuman lelangnya di HSS dan kemarin sudah tutup. Hanya ada satu perusahaan yang mendaftar yaitu CV Fajar Alam," tambah Faturahman. (ck2)

http://www.banjarmasinpost.co.id/

Read More..

Aceh Lebih Baik Kembangkan Listrik Mikro Hidro Pedesaan


Kamis, 05 Juni 2008
Banda Aceh | Harian Aceh—Peneliti listrik Mikro Hidro Universitas Syiah Kuala, Tarmizi, ST, M.Sc, menyarankan agar Aceh mengembangkan listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) pedesaan. PLTMH memiliki banyak keuntungan dibanding dengan pembangkit konvensional. “Aspek negatif yang ditimbulkan oleh mesin memang ada sedikit namun ini dapat diatasi,” kata Tarmizi, kepada Harian Aceh, Kamis (29/5). “Dengan pemeliharaan rutin sederhana maka PLTMH akan berumur panjang. Selain itu manajemen organisasi pengelolaan PLTMH haruslah dilaksanakan dengan serius.”

Menurut dia, mengoperasikan unit pembangkit PLTMH relatif mudah dan banyak keuntungannya. PLTMH sangat handal, dapat beroperasi fleksible, tidak tergantung pada BBM. “Selain itu juga membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat desa dan yang terpenting teknologi yang digunakan sederhana,” katanya.

Namun PLTMH, kata dia, juga mempunyai aspek negatif terhadap lingkungan sekitar walaupun sangat kecil. “Biasanya ikan terpengaruh siklus reproduksi dan migrasinya karena adanya dam, juga kadang-kadang masuk ikan kedalam putaran turbin” katanya. Penebangan pohon-pohon saat ketika pembangunan dapat mengakibatkan erosi, sedimentasi pada alilran air tapi sementara saja sambungnya.

Pemeliharaan turbin PLTMH dan berbagai kelengkapan lain harus dilakukan rutin. Biasanya seminggu sekali sudah memadai. Pemeriksaan ini perlu dilakukan agar secara dini akan diketahui kondisi turbin dan peralatannya dan segera dilakukan perbaikan jika ada kerusakan.

Peneliti yang juga Sekretaris Jurusan Elektro Fakultas Teknik Unsyiah ini menyatakan manajemen organisasi tidak bisa dilupakan untuk menunjang keberlanjutan PLTMH di desa. Struktur Pengurus PLTMH yang sederhana dan baik bisa memuaskan masyarakat desa dan warga akan memberikan kepercayaan sepenuhnya.

Susunan pengurus yang sederhana dan baik antara lain memiliki Badan Pengawas, Ketua Pengurus PLTMH, Staff Staff Teknis/Administrasi dan Operator PLTMH. Pengurus dapat mengatur dan menentukan harga listrik yang diproduksi oleh PLTMH, aturan penyambungan listrik, tata cara penggunaan uang iuran dan sebagainya. “Jika tidak dikelola dengan baik bisa saja PLTMH tetap beroperasi namun pas-pasan dan akhirnya mati perlahan-lahan,” ujarnya.(t-7)

http://harian-aceh.com/
Read More..

West Sumatra Has 61 Locations Of PLTAs and PLTMs

14 Mei 2008 | 11:13 WIB

Padang, W Sumatra ( Berita ) : State power utility PT PLN has identified 61 different locations of hydro-power plants (PLTAs) and micro-hydro power plants (PLTMs) in West Sumatra which confirmed this province as a “barn of green energy”.

The 61 power plant locations have a total capacity of 745.12 megawatts (MW), General Manager of PT PLN oveseeing West Sumatra Hudiono said in Padang Tuesday. He said that five of the 61 locations already have PLTAs and PLTMs with a total capacity of 254.067 MW, and PLTAs and PLTMs are under construction in nine locations with a projected capacity of 39 MW.

The power plant projects for the other 47 locations are still awaiting potential investors projected to have a total capacity of 416.8 MW. Actually West Sumatra still have many other potential locations for PLTAs and PLTMs with a capacity of 44.3 MW, he said.

He added that the five locations where PLTAs and PLTMs had already been built and producing electric energy are PLTA Batang Agam with a capacity of 10.5 MW, PLTA Maninjau (68 MW), PLTA Singkarak (175 MW), PLTM Pinang Awan (0,4 MW) and PLTM Koto Anau (0.16 MW), while the nine locations which are still in the stage of development are for PLTM Kambahan (2×750 kilowatts), PLTM Sumpur (2×1.000 kW), PLTM Manggani (2×1.168 kW), PLTM Sinamar (2×5.000 kW, PLTM Tarusan (2×1.500 kW), PLTM Bayang (2×3.000 kW), PLTMH Gumanti (2×5.000 kW), PLTM Lubuk Gadang (2×2.500 kW) and PLTM Salido Kecil (330 kW).

A cooperation agreement for the development and construction of the nine PLTMs had been signed by President Director of PT PLN Fahmi Muchtar, West Sumatra Governor Gamawan Fauzi, and private circles in Padang last week.

The PLTMs, which will be built under a cooperation with independent power producers (IPPs) are PLTM Kambahan with PT Limaco, PLTM Sumpur with PT Limaco, PLTM Manggani with PT PPN, PLTM Sinamar with PT Selo Kencana, PLTM Tarusan (PT Exabenar), PLTM Bayang (PT Exabenar), PLTMH Gumanti, and PLTM Lubuk Gadang with PT Selo Kencana. In the meantime, PT PLN is cooperating with PT Anggrek Mekar Sari in resuming the operation of PLTM Salido Kecil. ( ant )


http://beritasore.com/
Read More..

4.142 KK Terpencil Nikmati Listrik

Kamis, 12-06-2008

ENREKANG, BKM -- Program teknologi mandiri melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pemerintah Kabupaten Enrekang sejak tahun 2006, masyarakat dapat menikmati. Pasalnya, beberapa daerah yang belum terjangkau jaringan listrik dari PLN, sudah dapat penerangan dari PLTMH tersebut.
Data tahun 2004 yang lalu, di Kabupaten Enrekang terdapat 5.158 kepala keluarga (KK) yang belum mendapat penerangan listrik. Namun karena adanya program tehnologi mandiri ini, sebanyak 4.142 KK telah menikmati penerangan dari PLTMH. Artinya, awal tahun 2008, sisa 1.016 KK yang belum tersentuh penerangan listrik.
Bahkan, Pemkab Enrekang, beberapa bulan lalu kembali meresmikan PLTMH di Desa Baringin Kecamatan Maiwa. Setelah meresmikan pembangunan PLTMH di lima desa yang terletak di Kecamatan Bungin.
Desa Latimojong dan Desa Tallang Rilau yang letaknya sangat jauh dari ibukota kecamatan. Apalagi di kabupaten juga telah dibangun PLTMH sebagai alat penerangan.
Selain itu, pemerintah daerah juga telah mengembangkan program penggunaan biogas pedesaan yang awal pelaksanaannya di Kecamatan Maiwa dan Anggeraja serta Curio. Namun kini telah meluas hingga ke kecamatan lainnya. Misalnya, di Kecamatan Cendana, Enrekang dan Baraka.
Hasil dari program biogas ini, telah menghasilkan 34 instalasi dengan tiga unit generator biogas yang berkapasitas 500 waat. Biogas yang bahan utamanya terbuat dari kotoran sapi ini, dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah. Bukan itu saja, biogas ini juga dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik. (K14/mit)

sumber : http://www.beritakotamakassar.com/
Read More..

Investasi Rp 145 M, SMHP Bangun Pembangkit Listrik di Sinjai

Senin, 16-06-2008

MAKASSAR, BKM - PT Sulawesi Mini Hydro Power (SMHP) tengah membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTMH) di Manipi, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, berkapasitas 10 Megawatt (MW) dengan investasi US$16 juta atau sekitar Rp145 miliar.
"Beberapa bulan lalu kami sudah mulai membangun PLTA tersebut namun terkendala saat akan membuat penampungan air (waduk) untuk menggerakkan turbin yang sumber airnya dari sungai Tanggara karena Pemkab Gowa yang berbatasan dengan Sinjai mengklaim sungai itu sebagai miliknya," kata Project Director perusahaan itu, Bo Kallin di Makassar, akhir pekan lalu seperti dirilis kapanlagi.com.
Saat melaporkan kendala investasi tersebut kepada Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo di ruang kerja gubernur, Kallin yang didampingi manajer PT. SMHP, Atot W. Saptari mengatakan, dampak dari klaim-mengklaim sungai itu, pembangunan waduk dihentikan sementara untuk menunggu persetujuan pemanfaatan air sungai dari Pemkab Gowa.
Padahal, perusahaan ini sudah memperoleh izin PMA dan persetujuan pengelolaan air sungai Tanggara dari pemerintah kabupaten Sinjai dan PLN Sulselrabar memberi respon agar PLTA Manipi bisa segera terwujud sebab energi listrik yang dihasilkan di Sinjai akan digunakan untuk mensuplai kabupaten lainnya.
Menurut Bo Kallin, jika PLTA ini sudah rampung dan beroperasi tahun depan akan memberi ruang yang lebih luas kepada kabupaten lainnya di provinsi ini dalam mendapat pasokan listrik sebab produksi 10 MW itu tidak akan habis digunakan oleh Sinjai sendiri.
"Kami berharap Pemprov Sulsel dapat menjembatani masalah yang dihadapi PT. SMHP terutama menyangkut pemanfaatan air sungai Tanggara itu supaya pembangunan PLTMH ini bisa berlanjut," ujarnya.
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya akan memanggil bupati SInjai dan Gowa untuk membicarakan masalah itu agar pembangunan PLTMH Manipi segera dilanjutkan karena sangat dibutuhkan.
"No problemlah. Saya akan panggil kedua bupati, sekaligus membentuk tim penyelesaian klaim-mengklaim sungai tersebut," katanya.
Syahrul yang mantan Bupati Gowa itu mengingatkan bahwa masalah sungai yang airnya dibutuhkan semua pihak tidak boleh diklaim sebagai milik sendiri sebab sungai bukan milik daerah atau manusia melainkan milik Allah. (*/una)

sumber : http://www.beritakotamakassar.com/
Read More..

Minggu, 22 Juni 2008

Potensi PLTMH Tersedia Luas

Perlu Meningkatkan Kesadaran Pelestarian Alam
Sabtu, 1 Maret 2008 | 15:41 WIB

Banjarnegara, Kompas - Sejumlah pembangkit listrik tenaga mikro hidro atau PLTMH akan dibangun di 30 lokasi aliran sungai di Jawa Tengah oleh PT Indonesia Power unit Mrica, Kabupaten Banjarnegara. Setiap lokasi paling tidak akan dibangun PLTMH yang dapat memproduksi listrik lebih dari satu megawatt.

General Manager PT Indonesia Power unit Mrica Teguh Adi Nuryanto, Jumat (29/2), mengatakan, jumlah lokasi pembangunan PLTMH itu baru terbatas di wilayah eks-Karesidenan Banyumas. Potensi PLTMH di Jateng lebih banyak, dan bisa menjadi peluang untuk mengatasi krisis listrik.

"Dari 30 lokasi yang kami rencanakan itu semua menggunakan sungai-sungai kecil dan aliran irigasi," katanya.

Untuk aliran sungai yang lebih kecil pun, seperti aliran irigasi, lanjutnya, juga dapat digunakan untuk PLTMH dengan produksi listrik berkisar 300 kilowatt. Produksi listrik ini dapat digunakan untuk 600 rumah, dengan daya listrik 450 watt per rumah.

Hanya saja untuk hitungan bisnis bagi pengusaha, lanjut Teguh, produksi listrik sekecil itu membutuhkan waktu lama untuk mengembalikan modal. Namun produksi listrik skala kecil itu dapat digarap oleh pemerintah daerah.

"Untuk membangun satu pembangkit itu dibutuhkan dana lebih dari Rp 15 juta, dan baru kembali setelah sembilan tahun," katanya.

PLTMH Wangan Aji di Kabupaten Wonosobo yang dikelola Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin, misalnya, menggunakan aliran air irigasi untuk menggerakan dua turbin dengan kapasitas produksi 140 KW. Menurut Manajer Koperasi Ponpes Roudlotuth Tholibin Slamet Zakaria, PLTMH itu tak menggunakan bendungan air karena pasokan air di saluran irigasi itu tak pernah surut.

"Terjunan airnya juga cukup curam sehingga dapat menggerakkan turbin. Air yang digunakan juga tidak tercemar, melainkan kembali mengalir ke saluran irigasi," kata Zakaria.

Untuk menjamin turbin dapat bergerak, katanya, pihaknya harus tetap menjaga kebersihan air dari sampah. "Daerah di atas PLTMH ini terdapat pasar, sehingga kadang-kadang ada sampah masuk ke saluran irigasi ini," lanjutnya.

Teguh mengatakan, untuk menjalankan PLTMH maupun PLTA memang perlu memerhatikan peningkatan pelestarian alam. "Seperti permasalahan PLTA Mrica, terbentur pada masalah endapan lumpur di Waduk Pangbes Jenderal Soedirman yang mencapai 40 persen. Jadi, perlu ada kesadaran menjaga lingkungan hutan di Dieng tetap hijau agar erosi di Sungai Serayu tak terlalu tinggi," katanya.

Di beberapa wilayah Banyumas, PLTMH dengan teknologi kincir air sederhana dimulai sejak tahun 1997. Hal ini seperti terdapat di sejumlah kecamatan di lereng Gunung Slamet, seperti Karanglewas dan Cilongok. Warga Dusun Semaya, Desa Sunyalangu, Karanglewas adalah yang kali pertama mengembangkan listrik berpembangkit kincir air di Banyumas. (mdn/han)


sumber : cetak.kompas.com

Read More..

Mikro Hidro Potensial Penuhi Kekurangan Elektrifikasi

Senin, 12 Mei 2008 | 20:11 WIB

BANDUNG, SENIN- Pada tahun 2007, Perusahaan Listrik Negara atau PLN baru dapat memenuhi kebutuhan elektrifikasi di Jawa Barat sebesar 61,51 persen. Karena itu, potensi-potensi energi alternatif perlu dikembangkan, salah satunya dengan pembangkit listrik mikro hidro. Namun demikian, energi potensial ini hanya akan stabil jika kelestarian alam di sekitarnya terjaga.

Demikian diungkapkan Wakil Ketua Smart Otomotif T Wisnuadji, Senin (12/5) di Bandung . Prinsip pengembangan mikro hidro sangatlah sederhana. "Kinerja teknologi ini adalah memanfaatkan energi potensial air untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik," ujarnya.

Menurut Wisnu, alam Jawa Barat sangat potensial untuk pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga air, antara lain di daerah Sukabumi dan Garut yang masih memiliki hutan dan persediaan air yang stabil. Namun, pengembangan mikro hidro belum banyak direalisasikan.

Beberapa kendala yang menghambat pengembangan energi hidro adalah jauhnya lokasi yang berpotensi dengan jaringan dan tranmisi listrik. Selain itu, perambahan hutan yang marak dilakukan juga menjadi kendala tidak stabilnya volume air.

Wisnu mengatakan, pengembangan mikro hidro dapat direalisasikan berdasarkan tingkat kebutuhan masyarakat. "Sebenarnya ada tiga macam teknologi mikro hidro yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai pengganti alternatif listrik, yaitu pico hidro dengan kemampuan sekitar 100 watt, mikro hidro dengan kemampuan energi di bawah 300 Kwh, serta mini hidro dengan kemampuan di atas 300 Kwh," jelasnya.

Teknologi pico hidro dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan energi terbatas, seperti menghidupkan lampu dan keperluan alat elektronik berdaya kecil. Sedangkan teknologi mikro hidro memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan energi sekitar 500 rumah hunian, dan teknologi mini hidro dapat mencukupi kebutuhan energi beberapa desa.

Wisnu mengatakan, sampai saat ini permintaan teknologi mikro hidro justru datang dari luar Provinsi Jawa Barat. Kami sudah memenuhi pesanan dua turbin untuk Provinsi Aceh, dan dua turbin untuk Sulawesi. "Untuk pemenuhan Provinsi Jawa Barat masih direncanakan dengan kapasitas sekitar 3,2 mega watt ," ujarnya.

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat masih mencatat tingkat ektrifikasi di bawah 50 persen untuk beberapa daerah . Bahkan di Kabupaten Cianjur dan Garut terdapat enam kecamatan dan 11 desa yang belum berlistrik.

Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat TB Hisni mengungkapkan, untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah melakukan program listrik masuk desa serta membangun 21 unit pembangkit listrik tenaga mikro hidro untuk 4.797 kepala keluarga dan pemasangan PLTS untuk 775 kepala keluarga.


sumber : www.kompas.com

Read More..

Selasa, 27 Mei 2008

Latar Belakang Mikro Hidro

Tujuan dari Panduan untuk Pembangunan Pembangkit Listrik Mikro Hidro

Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu dad instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Biasanya Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda ketingglan daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources dengan teluemahan bebas bisa dikatakan "energi putih". Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini mengunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik,

Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam, prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro, pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara istilah Mikrohidro dengan Miniihidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dad

100 W, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan clan ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). DI rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbm' sendin, dipastikan akan mencrima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mckanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan mengunakan kopling. Darl generator akan dthaslikan energi listrik yang ak-an masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringlcas proses Mikrohidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadt energi listrik.

Terdapat sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di sejumlah negara, sebagian untuk mendukung industri-industri, dan sebagian untuk menyediakan penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya yang tinggi dari perluasan jaringan listrik, sering membuat Mikro Hidro memberikan sebuah alternatif ekonomi ke dalam jaringan. Ini karena Skema Mikro Hidro yang mandiri menghemat biaya dari jaringan transmisi, dan karena skema perluasan jaringan sering memerlukan biaya peralatan dan pegawai yang mahal. Dalam kontrak, Skema Mikro Hidro dapat didisain dan dibangun oleh pegawai lokal dan organisasi yang lebih kecil dengan mengikuti peraturan yang lebih longgar dan menggunakan teknologi lokal seperti untuk pekerjaan irigasi tradisional atau mesin-mesin buatan lokal. Pendekatan ini dikenal sebagai Pendekatan Lokal. Gambar 1 menunjukkan betapa ada perbedaan yang berarti antara biaya pembuatan dengan listrik yang dihasilkan.

Gambar 1. Skala Ekonomi dari Mikro-Hidro (berdasarkan data tahun 1985)

Keterangan gambar 1
Average cost for conventional hydro = Biaya rata-rata untuk hidro konvensional.
Band for micro hydro = Kisaran untuk mikro-hidro
Capital cost = Modal
Capacity = Kapasitas (kW)


2. Komponen-komponen Pembangkit Listrik Mikro Hidro

Gambar 2. Komponen-komponen Besar dari sebuah Skema Mikro Hidro

  • Diversion Weir dan Intake (Dam/Bendungan Pengalih dan Intake)
    Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian sisi sungai (‘Intake’ pembuka) ke dalamsebuah bak pengendap (Settling Basin).



  • Settling Basin (Bak Pengendap)
    Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air. Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-komponen berikutnya dari dampak pasir.


  • Headrace (Saluran Pembawa)
    Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan.
  • Headtank (Bak Penenang)
    Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan keluaran air antara sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan akhir kotoran dalam air seperti pasir, kayu-kayuan.

  • Penstock (Pipa Pesat/Penstock)
    Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air, dikenal sebagai sebuah Turbin.

  • Settling Basin (Bak Pengendap)
    Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air. Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-komponen berikutnya dari dampak pasir.

  • Headrace (Saluran Pembawa)
    Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan.


  • Turbine dan Generator (Turbin dan Generator)
    Perputaran gagang dari roda dapat digunakan untuk memutar sebuah alat mekanikal (seperti sebuah penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut kayu dan sebagainya), atau untuk mengoperasikan sebuah generator listrik. Mesin-mesin atau alat-alat, dimana diberi tenaga oleh skema hidro, disebut dengan ‘Beban’ (Load).
    Dalam Gambar 2. bebannya adalah sebuah penggergajian kayu.

Tentu saja ada banyak variasi pada penyusunan disain ini. Sebagai sebuah contoh, air dimasukkan secara langsung ke turbin dari sebuah saluran tanpa sebuah penstock seperti yang terlihat pada penggergajian kayu di Gambar 2. Tipe ini adalah metode paling sederhana untuk mendapatkan tenaga air tetapi belakangan ini tidak digunakan untuk pembangkit listrik karena efisiensinya rendah. Kemungkinan lain adalah bahwa saluran dapat dihilangkan dan sebuah penstock dapat langsung ke turbin dari bak pengendap pertama. Variasi seperti ini akan tergantung pada karakteristik khusus dari lokasi dan
skema keperluan-keperluan dari pengguna.


sumber : www.energiterbarukan.net

Read More..

IMIDAP

INTEGRATED MICROHYDRO DEVELOPMENT AND APPLICATION PROGRAM (IMIDAP)

Pada era otonomi dewasa ini, kebutuhan energi dapat meningkat secara eksponensial, baik ditinjau dari kapasitasnya, kualitasnya, maupun ditinjau dari tuntutan distribusinya. Apabila kecondongan perkembangan penyediaan energi dan kemampuan pendistribusian energi kurang merespon keadaan seperti ini, maka dapat dipastikan akan terjadi stagnasi pembangunan disebagian besar daerah Indonesia. Ada hubungan yang sangat kuat antara ketersediaan energi dan laju pembangunan, khususnya pembangunan daerah. Pembangunan daerah pasti akan mengalami hambatan serius, jika pasokan energy macet atau terganggu. Melihat kondisi ini, maka perlu dicari strategi baru yang dapat memenuhi kebutuhan energi dengan meningkatkan produksi energi sekaligus menciptakan kemudahan distribusi energi ke seluruh pelosok tanah air. Salah satu sumber energi terbarukan yang cukup potensial dan dapat dikembangkan di Indonesia adalah energi air. Perkiraan potensi total energi air di Indonesia sebanyak kurang lebih 75 Gwe.Micohydro (<>

Apa itu IMIDAP ?

IMIDAP adalah proyek kerjasama antara Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) dengan UNDP. Proyek ini didanai oleh lembaga Global Environment Facility (GEF).Membantu pemerintah Indonesia mempercepat pembangunan mikro-hydro dan picohidro dan mengoptimalkan peng-gunaannya dengan cara menghilangkan kendala-kendala yang ada. Dengan makin banyaknya mikrohidro dan pikohidro yang dibangun di Indonesia, maka Indonesia dapat ikut serta mengurangi emisi gas rumah kaca yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya perobahan iklim global.Proyek ini didesain untuk meminimalkan kendala-kendala yang berkaitan dengan masalah kebijakan, pasar, teknis, dan pendanaan.

Aktivitas –aktivitas :

1. Program Kebijakan dan pendanaan

2. Program Pembangunan Mikrohodro berbasis masyarakat dan peningkatan kapasitas lembaga

3. Program Penunjang Teknologi Mikrohidro

4. Program Aplikasi Mikrohidro

Mengapa mikrohidro ?

  1. Potensi energi mikrohidro cukup besar, tetapi pemanfaatannya masih relatif rendah.
  2. Umumnya berlokasi di daerah pedesaan dan daerah terpencil, cocok untuk sarana pembangunan masyarakat.
  3. Teknologi mikrohidro sudah cukup mapan, mempunyai kemampuan untuk diproduksi secara lokal, teknologinya sederhana.
  4. Tidak merusak lingkungan, tanpa bahan bakar, tidak menyebabkan problem sosial.

Outcome imidap :

Outcome 1: Meningkatnya minat swasta untuk berinvestasi di microhydro atau pikohidro.

Outcome 2: Meningkatnya pembangunan pembangkit mikrohidro yang berbasis masyarakat.

Outcome 3: Meningkatnya ketersediaan teknologi dan pengetahuan tentang mikrohidro dan pikohidro di daerah-daerah yang mempunyai potensi air cukup.

Outcome 4: Masyarakat dan swasta membangun mikrohidro dan pikohidro dan memanfaatkan energi yang dihasilkannya untuk berbagai kegiatan produktif.


sumber : www.energiterbarukan.net

Read More..

Pembuka

Blog ini rencananya akan berisi semua hal tentang mikrohidro dimana saja, khususnya di indonesia

Mudah-mudahan bermanfaat buat kita semua
Read More..