Minggu, 11 September 2011

UMM Bangun Listrik Mikro Hidro untuk Warga Pedesaan

MALANG, KOMPAS.com - Tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali membuat instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), untuk keperluan warga masyarakat.

UMM membangun PLTMH itu di Dusun Sumbermaron, Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Hari Sabtu (10/9) Rektor UMM Dr

Muhadjir Effendy meletakan batu pertama di lokasi pembuatan PLTMH.

Humas UMM, Nasrullah, menjelaskan, tim peneliti UMM mengawalinya dengan membuat studi kelayakan PLTMH di dua desa itu. Studi dilakukan bersama Badan Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi (BP SAB&S) Kecamatan Pagelaran. UMM mengkaji dan berhasil memperoleh sponsor dari Australian Partnership dan Bank Dunia untuk pendanaannya. Nilai proyeknya Rp 408 juta.

Camat Pagelaran, Eko Waluyo, menyatakan yakin bantuan pendampingan dari UMM akan berjalan baik. Sebab, PLTMH yang dibangun oleh UMM, seperti sebelumnya di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis, hingga sekarang masih beroperasi. Selain itu, UMM memiliki laboratorium PLTMH di kampus yang dimanfaatkan oleh mahasiswa dan masyarakat umum untuk belajar mengembangkan energi alternatif.

"Saya berharap sumber air yang melimpah di Sumbermaron ini bisa dimanfaatkan dengan baik. Syukur-syukur kalau bisa bermanfaat bagi masyarakat di luar Desa Karangsuko, karena kita tahu di daerah lain saat ini sedang mengalami kekeringan," kata Eko Waluyo.

Rektor UMM berharap masyarakat lebih mencintai lingkungan dan bersyukur dengan kondisi alam desa. Meski belum tersentuh akses listrik, desa masih memiliki sumber daya alam.

Ia menyatakan, pihaknya siap memberi dukungan apabila warga setempat memerlukan bantuan pendampingan lebih lanjut seperti untuk penghijauan dan penerangan jalan.

"UMM membantu merencanakan, pengawasan, dan pembangunan. Tetapi saya berharap perawatannya harus dijaga betul oleh masyarakat sini supaya kemanfaatan PLTMH ini bisa awet," kata Nasrullah.

Dekan Fakultas Teknik UMM, Sudarman, menjelaskan PLTMH yang dibangun akan menghasilkan energi listrik sebesar 35 KWA. Listrik itu akan dimanfaatkan untuk menggerakkan mesin pompa pengairan dan air bersih yang selama ini mengandalkan listrik dari PLN.

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik perbulan rata-rata Rp 8 juta, dan diperkirakan akan terus naik seiring kebutuhan hingga Rp 20 juta. "Mudah-mudahan dengan keberhasilan PLTMH ini, nantinya bisa kita bangun lagi PLTMH II untuk penerangan desa," katanya

sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/09/10/21442313/UMM.Bangun.Listrik.Mikro.Hidro.untuk.Warga.Pedesaan

sumber :

Read More..

Jumat, 12 November 2010

Kincir Air Kaki-Angsa, suatu Inovasi Listrik Mikrohidro, di Malang.

sumber : http://www.kendali.net/


Tujuannya adalah untuk menghasilkan energi listrik tanpa menggunakan bahan bakar fosil.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja kincir kaki angsa ini didasari oleh cara kerja kaki angsa pada waktu berenang. Kalau kita perhatikan secara seksama angsa berenang dapat bergerak maju ini disebabkan susunan selaput kaki angsa yang dapat membuka dan menutup; jika kaki angsa bergerak ke depan maka susunan selaput kaki menutup sehingga gaya tekanan air yang menghambat kaki angsa kecil dan bila kaki angsa bergerak ke belakang selaput kaki angsa membuka dan gaya tekan yang mengenai kaki angsa besar hingga dapat mendorong badan angsa maju ke depan.






Gerakan kaki angsa maju mundur pada waktu berenang sebenarnya terjadi dua gaya yang bekerja pada kaki angsa yang berlawanan arah diubah menjadi satu arah dengan cara membuka dan menutup selaput kaki angsa.
image001_03
Diilhami gerakan kaki angsa berenang

Kalau kita perhatikan pada gambar di atas, dapat dideskripsikan bahwa dua kaki angsa tersebut bergerak berlawanan, satu kaki mengayun ke depan satu kaki lainnya mengayun ke belakang. Kaki angsa yang mengayun ke belakang selaput kaki membuka sehingga dapat menghadang air dan menimbulkan gaya dorongan ke depan, sedangkan kaki angsa ke depan selaput kaki dilipat sehingga dapat hambatan yang kecil tidak menimbulkan dorongan ke belakang dari gerakan ini dapat kita simpulkan bahwa:

"dua gaya yang bekerja pada satu garis lurus dan berlawanan arah dapat diubah menjadi satu gaya dengan cara membuat perbedaan besar gaya tersebut."

Bila sebilah lembaran besi baja atau terbuat dari papan kayu dimasukkan di dalam air sungai yang mengalir diberi as/poros di tengah papan tersebut maka papan tersebut mendapat gaya dorong dari depan baik papan yang ada di bawah poros maupun yang di atas poros mendapat gaya yang sama besar, dalam keadaan demikian papan tidak dapat berputar atau bergerak karena gaya dorong ke belakang yang diterima papan di bawah poros mengungkit ke depan di atas poros, sedangkan papan atas poros juga mendapat gaya dari depan maka terjadilah tabrakan dua gaya yang berlawanan arah sama besar. Untuk mendapatkan gerakan berputar seperti yang diinginkan gaya yang didapat dua bagian papan tersebut harus dibuat berbeda dengan cara melipat salah satu bagian papan tersebut.

image002_400_02

Pada gambar di atas, bagian atas poros di beri lipatan atau dapat melipat. Kalau kita perhatikan gambar 3 maka ada dua gaya bekerja pada suatu garis berlawanan arah tetapi besar gaya tidak sama sehingga arah gaya yang lebih kecil mengikuti gaya yang lebih besar.Papan bagian bawah poros mendapat gaya yang lebih besar hal ini papan di atas poros dapat melipat sehingga gaya yang diterima lebih kecil jika dibandingkan gaya yang diterima papan bagian bawah. Pada akhirnya papan di bawah poros mendapat gaya dorong ke belakang. Karena papan atas dan bawah dipasang pada suatu ruas maka pergeseran papan bawah poros ini akan mengungkit papan bagian atas ke depan. Jika papan ini dirangkai dengan 6 papan maka akan terjadi gerakan memutar.

PENGUNGKIT

Kincir air kaki angsa memiliki kelebihan bahwa dapat ditempatkan pada stream air yang tidak terlalu dalam dan arus air yang relative lambat, bahkan dapat bekerja pada arus air yang berlawanan (dua arah).

Kincir air kaki angsa ini merupakan terapan teknologi terpakai sangat relevan untuk komunitas yang belum terjangkau listrik, sehingga dapat sebagai alat untuk menumbuhkan perilaku mandiri pada komunitas tersebut.

PENDULUM

Beberapa kincir air kaki angsa ini dapat dipasang & dioperasikan dalam satu jalur sepanjang aliran tertentu, untuk menghasilkan listrik. Contoh: panjang aliran 100 meter, dapat di pasang 10 kincir tersebut dengan jarak masing-masing sekitar 10 meter.

Jumlah daya yang diciptakan oleh kincir tersebut bila kita konversikan ke batubara dengan heating value 6.800 kkal/kg, sbb:

Bila kincir air kaki angsa itu beroperasi selama 1 jam dengan daya 2500 watt, hal itu setara dengan 3,15 kg batubara. Arti-nya 3,15 kg batubara tidak dibakar pada waktu tersebut (di PLTU), ini yang disebut ramah lingkungan.

Tim Sosbud-Kemitraan, KLH.
(Agenda 27 Maret 2009)
Email: kemitraan@menlh.go.id


Desain Alat

Desain/bentuk kincir ini (Kincir Kaki Angsa) hampir sama dengan kincir air yang dipergunakan petani untuk mengairi sawah. Hanya ada beberapa bagian yang dirubah disesuaikan dengan kebutuhan.
Berdasarkan pengalaman di atas, kincir kaki angsa ini dirancang lebih pendek dan lebih panjang dan seluruh badan kincir kaki angsa ini dirancang lebih pendek dan lebih panjang dan seluruh badan kincir di benamkan atau dipasang di dasar sungai sehingga tidak terpengaruh dengan pasang surut air sungai maka bentuk kincir ini dirancang khusus agar dapat berputar di dalam air.

image001_400_01

Hasil Riset

Hasil riset atau uji coba yang dilaksanakan di Kali Anyar Kelurahan Kedung Kandang Kota Malang, alat ini secara optimal mampu mengeluarkan energi listrik dengan daya sebesar 2,5 Kwh (2500 Watt).
Padahal dalam kondisi seperti itu, kincir ini sebenarnya mampu mengeluarkan listrik dengan daya 10 Kwh (10.000 Watt) untuk kebutuhan 20 - 30 warga desa.
Dimensi 2 kincir ini dikopel jadi satu, dengan panjang 6 meter lebar 2 meter dengan ketinggian 2,5 meter. Kecepatan air yang diperlukan minimal 0,40 meter per detik dengan kedalaman sungai antara 40 - 100 cm.

Tabel Potensi dan Kapasitas Daya Kincir.


Kedalaman Air (cm)

Kecepatan Air (m/dtk)

Daya
(Kwh)

1.

40

0,6

2,5

2.

70

0,7

5

3.

90

0,8

7,5

4.

100

0,9

10



image003_400
image006_03
image008
image009
Djajusman Hadi & Budiharto

Nama Penemu : 1. Djajusman Hadi, S.Sos., M.AB
2. Budiharto, S.Pd
Tahun Penemuan : 1998
Instansi : Universitas Negeri Malang
Hak Paten : No. 038.157 A
05 Februari 2004.

Read More..

Kabupaten Lombok Utara Bangun PLN Tenaga Mikro Hidro

diambil dari http://219.83.122.194/web/
Sabtu, 22 Mei 2010 06:24


Mataram, Pemda Kabupaten Lombok Utara bersama PT.PLN akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Wilayah Lombok Utara untuk Mengatasi Pemadaman dan Krisis Listrik.

Pejabat Bupati Lombok Utara, Drs.Ridwan Hidayat menyebutkan saat ini Tim Tekhnis dari PLN sedang melakukan survey bersama dilokasi untuk menentukan kesinambungan Debit Air yang akan di pergunakan termasuk negosiasi masalah Pembebasan Lahan Milik Masyarakat.

Selain itu juga salah satu Investor PT.Surya Jakarta berkomitmen membangun PLTMH Yang sama namun di lokasi Berbeda sehingga Kedepan Kabupaten Lombok Utara sudah memiliki Pembangkit Listrik Sendiri .

Menurut Ridwan Hidayat untuk Tahap awal dalam mengatasi krisis Listrik dan Pemadaman saat ini PLN Telah melakukan Langkah antisipasi dengan mendatangkan mesin Pembangkit Listrik tenaga Diesel yang sudah dioperasikan dan merupakan Bukti komitmen dan keseriusan PLN Dan Pemda Kabupaten Lmbok Utara. (DS) Read More..

Senin, 10 Agustus 2009

Teknologi Mikrohidro Warga Gunung Sawur

KOMPAS.com - Untuk menghasilkan listrik dengan sumber energi ramah lingkungan, dapat dilakukan teknologi mikrohidro yang mudah dan murah. Itu sudah dibuktikan Sucipto, seorang warga Dusun Gunung Sawur di lereng selatan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, sejak 1985 pada usianya yang 22 tahun.

"Dasar teorinya ada, saya peroleh dari ST (sekolah teknik, setingkat SMP) dan STM (sekolah teknik menengah, setingkat SMA). Namun, pembuatan alat kelengkapan dan pengembangan teknik mikrohidro secara keseluruhan saya pelajari otodidak," kata Sucipto, saat ditemui di rumahnya, sekaligus untuk bengkel kerjanya, Selasa (21/7).





Sucipto mulai dengan memotong material pelat logam ataupun pengelasan atau pengeboran besi, antara lain untuk pembuatan baling-baling turbin penggerak generator dan penyambung jaringan pipa untuk mengalirkan air sungai ke rumah turbin.

Pada tahun 1985, dengan dana seadanya, Sucipto menyusun rangkaian mikrohidro. Kemudian dilakukan percobaan berulang-ulang dengan sumber energi air sungai yang mengalir dekat rumahnya, Sungai Besuk Semut. Lambat laun Sucipto berhasil menunjukkan hasilnya: listrik. Masyarakat lalu meminta Sucipto lebih serius membuatnya.

Pada tahun 1990 mulai digagas dan dibuatlah mikrohidro. Dengan cara gotong royong dan penyediaan dana swadaya murni, mikrohidro hasil inovasi Sucipto ini selesai dibangun tahun 1992.

Melalui berbagai penyempurnaan sesudahnya, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Gunung Sawur kini menghasilkan listrik 13.000 watt (13 kilowatt). Sebanyak 79 keluarga Gunung Sawur menikmati penerangan listrik dari PLTMH itu.

PLTMH Gunung Sawur bagi Sucipto adalah titik awal aplikasi hasil industri rumahnya. Di teras rumah tak lebih dari ukuran 3 x 3 meter persegi, Sucipto membuat bengkel untuk pembuatan turbin serta kelengkapan PLTMH lainnya. Rangkaian detail peralatan yang tidak dibuat hanyalah generator. Meski bisa membuat sendiri, harga generator bisa mahal. Padahal kalau beli, Rp 9 juta yang buatan China berkapasitas 30.000 watt.

Sejak 1992 hingga 2009 ada 81 PLTMH buatan Sucipto. Energi listrik yang dihasilkan, 5.000 watt-40.000 watt, dan tersebar di Jawa Timur, yaitu Lumajang, Probolinggo, Ponorogo, Trenggalek, Malang, Mojokerto, Pacitan, dan Jember. Ada yang dipasang di Lampung dan Bengkulu.

Inspirasi kincir air

Sucipto terinspirasi dengan yang dilihatnya pada masa remaja, tahun 1980-an, yaitu kincir air di desanya, di Kecamatan Candipuro. Ia melihat sepuluh kincir air di berbagai desa menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan listrik.

Kincir air terlalu besar dan bisa hancur diterjang banjir. Jadi Sucipto membuat yang lebih kecil, tetapi aman dari terjangan banjir.

Untuk membuat PLTMH dibutuhkan badan sungai sebagai sumber air dan bangunan pembelok air sungai atau mercu bendung. Aliran air yang dibelokkan akan menuju saluran pembawa yang dilengkapi bak pemerangkap pasir.

Bak ini berfungsi memperlambat laju aliran air. Di situ dipasang penyaring sampah dan saluran pembuang kelebihan air (spillway). Aliran air dari bak penampungan harus bersih, bebas dari sampah, endapan lumpur, dan pasir. Lalu, air diarahkan ke pipa pesat (penstock) untuk memutar baling-baling turbin.

Dinamai pipa pesat karena pipa ini ditujukan untuk mempercepat jalannya air memanfaatkan gaya gravitasi. Pipa pesat dipasang miring mendekati vertikal disertai ukuran pipa tertentu menyesuaikan debit atau intensitas laju airnya. Air itu lalu menggerakkan turbin. Putaran turbin menggerakkan generator dan diperolehlah listrik.

Air dilepas kembali melalui saluran akhir (tailrace) dan disatukan kembali dengan aliran sungai. Ketinggian air jatuh dari bak penampungan ke turbin melalui pipa pesat 7,5 meter dengan diameter pipa 18 inci serta panjang 23 meter.

Turbin yang digunakan buatan Sucipto dinamai tipe Cross Flow C4-24 dengan kecepatan putaran 555 rpm (putaran per menit). Kategori C4 untuk kode turbin bikinan Sucipto, sedangkan angka 24 merupakan diameter turbin 24 sentimeter.

Generator PLTMH Gunung Sawur kapasitasnya 20 kilovoltampere dengan putaran 1.500 rpm dan frekuensi 50 hertz. Daya terbangkit berkisar 13.000 watt, yang saat ini dimanfaatkan untuk 79 keluarga.

Kemunculan PLTMH secara swadaya murni lalu disusul PLTMH Poncosomo (1997) dan Kajar Kuning (2000) yang berjarak hanya ratusan meter. PLTMH Poncosomo menghasilkan 8.500 watt untuk 98 keluarga. Daya listrik dari PLTMH Kajar Kuning 6.500 watt dan digunakan 56 keluarga. Resident Representative Program Pembangunan PBB (UNDP) di Indonesia El Mostafa Benlamih-berkebangsaan Maroko-Selasa (21/7) mengunjungi PLTMH Gunung Sawur. Bersama unsur pimpinan UNDP Indonesia, Budhi Sayoko, El Mostafa melihat aplikasi teknologi mikrohidro berpotensi ditingkatkan supaya jauh lebih optimal menghasilkan listrik.

Manfaat produktif

Jaringan listrik PLN masuk wilayah Dusun Gunung Sawur dan sekitarnya pada tahun 1996. Namun, mikrohidro karya Sucipto hingga sekarang masih terus beroperasi.

Menurut beberapa warga pengguna, menggunakan listrik dari mikrohidro jauh lebih murah dibandingkan dengan listrik PLN. Menurut Sucipto, listrik mikrohidro dijual Rp 500 per kilowattjam, sedangkan listrik PLN seharga Rp 700 per kilowattjam.

Seperti disadari Sucipto, pemanfaatan listrik mikrohidro untuk usaha produktif warga desa masih sangat kurang. Di sinilah peran pemerintah ataupun lembaga terkait lain untuk memberikan insentif usaha produktif atau penciptaan nilai tambah produk yang bisa dihasilkan warga secara berkelanjutan dan kompetitif. Warga akan meraih untung jika diberi kesempatan untuk menjual listrik masuk ke jaringan PLN.


Read More..

Sabtu, 06 Desember 2008

Setrum dari Tengah Laut

:: Dari Majalah Berita Mingguan TEMPO, 41/XXXVII 01 Desember 2008 ::


Gelombang laut bisa diubah menjadi energi listrik. Temuan inovatif ini tak mendapat dukungan. Beberapa waktu lalu, Presiden Yudhoyono mengundang penemunya, Zamrisyaf, ke Istana.


KAPAL Kuda Laut yang tengah mengarungi Selat Mentawai dihantam ombak besar. Kapal terguncang-guncang, penumpang panik. Bagi Zamrisyaf, salah satu penumpang kapal yang hendak ke Padang, peristiwa itu justru melahirkan ide brilian. Ia berpikir: bisakah gelombang sebesar itu menghasilkan energi listrik?



Ide tersebut lama mengendap di benaknya. Hingga suatu hari anggota staf perencanaan Perusahaan Listrik Negara Wilayah Sumatera Barat itu ditugasi ke Jakarta. Dalam perjalanan, lagi-lagi kapal laut yang ditumpanginya dihantam badai besar. Keesokan paginya, seorang kawan bercerita bahwa badai besar membuat lonceng di depan kapal tak henti berdentang. Ide lama yang mengendap pun terkuak. Zamrisyaf terinspirasi goyangan bandul lonceng kapal.

”Bandul bergerak karena besarnya gelombang laut,” kata Zamrisyaf. Ia lantas mewujudkan khayalannya dalam sebuah konsep. Ia memberi rancangannya nama: Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan. Karyanya ini diakui sebagai sebuah inovasi baru dan telah dipatenkan pada 2002. Dalam daftar 100 Inovasi Indonesia 2008 yang dilansir Kementerian Riset dan Teknologi, namanya tertera di sana. Dua bulan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang dia ke Istana karena temuannya itu.

Pembangkit Sistem Bandulan, yang rancang bangunnya berbentuk ponton, ditempatkan mengapung di atas permukaan air laut. Pembangkit ini mengikuti gerak atau arus gelombang sesuai dengan frekuensi gelombang laut. Gerakan bandul yang terus-menerus menyebabkan pembangkit mampu mengeluarkan energi atau daya listrik.

Menurut Electric Power Research Institute, organisasi nonprofit yang mengkhususkan diri pada penelitian dan pengembangan tenaga listrik, daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara memiliki potensi energi gelombang laut cukup besar. Sejauh ini, kawasan tersebut tercatat memiliki potensi energi 10-20 kilowatt per meter gelombang. Bahkan pernah tercatat di beberapa tempat mencapai 70 kilowatt per meter.

Dalam perhitungan Zamrisyaf, untuk area lautan dengan luas kurang-lebih satu kilometer persegi, energi gelombang laut dapat menghasilkan daya listrik sekitar 20 megawatt dengan biaya investasi Rp 20 juta per kilowatt atau total Rp 400 miliar. Jumlah tersebut sama dengan kekurangan daya listrik di Sumatera Barat saat ini.

Nilai investasi pembangkit ini hampir sama dengan membangun sebuah pembangkit listrik tenaga air atau uap. ”Bahkan lebih mahal dibanding diesel. Tapi, setelah beroperasi, akan jauh lebih murah karena tenaga yang digunakan gratis,” ucap Zamrisyaf.

Pembangkit sengaja didesain berbentuk ponton untuk menahan derasnya gelombang laut. Di dalam ponton tersebut terdapat sejumlah peralatan utama, seperti bandul, pemindah gerak bandul menjadi gerak putar, transmisi putaran, roda gila (flywheel), dan dinamo.

Bandul dalam pembangkit ini mengubah energi potensial berupa gelombang laut menjadi energi kinetik. Bandul yang dipasang sedemikian rupa di dalam ponton akan bergerak (bergoyang) jika ponton bergerak sesuai dengan alur gelombang.

Untuk mendapatkan daya atau energi listrik, diperlukan gerak rotasi. Gunanya memutar dinamo. Dengan jumlah putaran per menit tertentu, gerak rotasi dapat menghasilkan energi listrik dari dinamo. Dengan pembangkit ini, Zamrisyaf yakin bisa membantu pemerintah mengatasi krisis energi. Selain praktis, ramah lingkungan, dan efisien, pembangkit gelombang laut sangat cocok untuk wilayah kepulauan seperti Indonesia.

Sebelum temuannya diakui sebagai inovasi baru tahun ini, Zamrisyaf sudah enam kali melakukan uji coba sejak 2002. Saat itu alat yang digunakan masih sederhana. Ia merangkai enam drum menjadi ponton sebagai alas. Alat ini dilengkapi bandul dan pelat becak, tapi belum dipasangi dinamo. Sayang, hasilnya kurang memuaskan. Salah satu lengan bandul rusak.

Tak patah arang, setahun kemudian Zamrisyaf memperbaiki temuannya. Kali ini peralatan yang digunakan bergerak dengan bagus. Roda gila, bandul, dan pelat becak berputar. Agar temuannya lebih sempurna, ia tiga kali mengulang eksperimen tersebut. Ia menghabiskan dana hingga Rp 40 juta. ”Dari uang pribadi karena tak ada yang mau mendanai kalau belum melihat hasilnya,” ujar Zamrisyaf.

Beruntung, tahun lalu PLN Wilayah Sumatera Barat, tempat ia bekerja, mau membantu. Kali ini uji coba dilakukan di Pantai Ulak Karang, Padang. Dalam percobaan ini, dinamo sudah terpasang sehingga mulai menghasilkan listrik. ”Lampunya bisa nyala dan berkedip. Kadang terang, kadang redup. Itu menandakan energi gelombang ini sudah bisa menghasilkan listrik,” ucap Zamrisyaf bangga.

Namun bantuan PLN tak berlanjut. Menurut General Manager PT PLN Wilayah Sumatera Barat Hudiono, instansinya saat ini tak memiliki pos pengeluaran untuk mendanai temuan itu. PLN hanya berfokus melayani pelanggan dengan baik. ”Kalau listrik tidak menyala karena uangnya kita pakai untuk penelitian, bagaimana?” ucap Hudiono.

Meski begitu, Hudiono mengaku sudah berusaha membantu dengan menyampaikan masalah tersebut ke PLN pusat. ”Kata pusat, oke, kita upayakan untuk mencari anggaran. Tapi PLN itu menerima uang dari pelanggan yang jumlahnya lebih kecil daripada biaya yang diperlukan untuk memproduksi listrik,” katanya.

Untuk skala lebih besar, Zamrisyaf membayangkan dalam satu ponton akan ada empat sampai enam bandul. Namun semua itu tergantung berapa panjang gelombang laut yang ada dan berapa tinggi gelombang tersebut. Daya listrik yang bisa dihasilkan berkisar 100-300 kilowatt untuk satu ponton.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi juga telah mengembangkan pembangkit ini di Pantai Parangracuk, Baron, Yogyakarta. Melalui alat tersebut, didapat daya listrik 522 kilowatt. Sebelumnya, di Pantai Tanjung Karang, Mataram, mahasiswa lulusan universitas di Makassar dan Malang berhasil membuat pembangkit yang sama. Di Surabaya, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember sukses meningkatkan daya listrik hingga 90 persen dengan memanfaatkan energi gelombang laut. Namun cara kerja pembangkit yang digunakan berbeda satu dengan yang lain.

Di luar negeri, pemanfaatan gelombang laut sebagai pembangkit tenaga listrik sudah mencapai tahap komersialisasi. Australia, Skotlandia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Belanda merupakan contoh negara yang serius mengembangkan teknologi konversi gelombang laut ini. Bedanya, di sana, kebanyakan pembangkit listrik ditanamkan di dalam laut. Pembangkit temuan Zamrisyaf berada di atas permukaan laut sehingga tak ada peralatan yang bersentuhan dengan air laut secara langsung, kecuali ponton. Dengan begitu, alat ini mudah dipindahtempatkan.

Meski begitu, karya Zamrisyaf bukan tanpa cacat. Peralatan yang digunakan mudah mengalami korosi air laut. Pembangkit yang tahun lalu dipasang di Pantai Ulak Karang terpaksa dibongkar enam bulan kemudian karena faktor korosi.

Panjang pantai Indonesia kurang-lebih 81 juta kilometer. Bila 10 persen saja pesisir pantai dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, akan dihasilkan kurang-lebih 16 gigawatt (bila dihitung 20 kilowatt per meter gelombang). Sumatera Barat memiliki panjang pantai 375 kilometer. Jika 10 persen dimanfaatkan untuk energi gelombang laut, itu berarti dapat menghasilkan listrik setara dengan 750 megawatt. ”Kalau digunakan, tak akan ada pemadaman bergilir lagi,” ujar Zamrisyaf.

Firman Atmakusuma, Febrianti (Padang)


sumber : http://majalah.tempointeraktif.com
Read More..

Senin, 28 Juli 2008

Small Scale Grid-Interconnected Hydro Power Plant Inaugurated

KAMIS, 12 JULI 2007 12:00 WIB

Minister of Energy and Mineral Resources, Purnomo Yusgiantoro, inaugurated the operation of 25 kW micro hydro power plant (PLTMH) in Adat Susunan village, Karangasem, Bali, on Wednesday (11/07). The management of the PLTMH was also handed over from PT PLN to village unit cooperative (KUD). The electricity generated from this PLTMH is interconnected to Jawa-Bali system.

According to Mr. Purnomo, the management of PLTMH by local people (through cooperative) is a good model for other places in Indonesia in meeting local need for electricity from on site renewable energy reserves. Minister Purnomo also described that since 1997, when economic crisis hit Indonesia, almost no new power plant developed although the demand continues to increase. This situation causes electricity crisis in some places. However, the Government and PT PLN do all measures to mitigate the crisis through, among others, optimizing all energy potential to be converted into electricity. For rural electrification, the Government through the State Budget provides around IDR 4.5 trillion yearly especially on renewable energy based-power plant such as micro hydro, solar and wind. This measure is part of the national target to increase electrification ratio which currently stands at around 55% and expected to increase to around 95% in 2025 or even sooner.

(BAGUS BUDIARTO)

sumber http://www.esdm.go.id/

Read More..

Jumat, 25 Juli 2008

Bupati Lopez resmikan penggunaan PLTMH

Spirit NTT, 9-15 Juni 2008

ATAMBUA, SPIRIT--Bupati Belu, Drs. Joachim Lopez, meresmikan penggunaan energi baru pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Webot, Desa Tohe, Kecamatan Raihat, Kamis (29/5/2008). Keberadaan PLTMH ini atas kerja sama Pemkab Belu dengan LIPI Subang.

Bupati Lopez dalam sambutannya mengatakan, tenaga listrik adalah salah satu faktor pendukung pembangunan tidak saja untuk penerangan, tetapi juga untuk proses belajar mengajar, meningkatkan ekonomi rumah tangga maupun menunjang program keluarga berencana (KB).

"Keberadaan PLTMH di Webot ini mencatat sejarah baru dengan menggunakan tenaga air. Masyarakat harus dapat mengelolanya sendiri untuk dapat meningkatkan pendapatan," ujar Lopez.

Tahun ini, lanjut Lopez, juga akan dibangun PLTMH di Mau Halek setelah mendapat uji kelayakan dari LIPI Subang. Selain itu, dibangun pula listrik tenaga angin di Duarato, Kecamatan Lamaknen; Salore dan Wekmutis di Kecamatan Nanaet Duabesi. "Saya harapkan masyarakat mengelola sarana ini secara transparan dan masyarakat menjaganya agar benar-benar memberi nilai tambah untuk peningkatan pendapatan," ujarnya.

Bupati Lopez mengingatkan yang mendapatkan sarana ini agar tidak boleh macet dan semua masyarakat harus menikmatinya. "Tidak boleh jalan satu atau dua tahun saja lalu macet. Harus ada nilai tambahnya," katanya.

Bupati Lopez memberi jaminan bahwa dinas terkait memberikan pembinaan dan pendampingan. Dan, pemasangan jaringan listrik tersebut agar diprioritaskan untuk tumah tangga yang belum memiliki atau menikmati listrik.

Kepala Balai Desa LIPI Subang mengharapkan agar potensi dan sarana tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dapat menggugah masayarakat perbatasan untuk lebih beraktivitas demi kesejahteraan keluarga.

Kepala Dinas Pertambangan Belu, Drs. John Letto menyebut maksud dan tujuan pengadaan sarana listrik tersebut untuk mengubah sumber daya air yang ada menjadi energi listrik, bisa mengenal dan mengoperasikan komputer serta meningkatkan ekonomi rumah tangga.

Dukungan dana yang disediakan dalam masa uji coba sejak 12 hingga 31 November 2007 sebesar Rp 549 juta. Sarana ini dioperasikan sejak Februari-Mei 2008 dengan daya 16 KW dan jangkauan dua kilometer mencapai 300-400 rumah tangga. Pengelolaan dilakukan masyarakat dengan biaya penyambungan Rp 50 ribu/KK dan iuran setiap bulan Rp 25.000-Rp 30.000. (humas serta belu)

http://spiritentete.blogspot.com/
Read More..